Ayah... your is the best !!!

Next)))))
Kembali ke cerita bapak tua tadi. Sambil
tersenyum bapak itu berkata “ tolong nak, di cek dulu biayanya, jika uang saya
cukup nanti saya bayar langsung, tapi jika tidak mencukupi berarti saya belum
bisa membayar kewajiban saya sekarang“. kemudian
aku mengambil kertas yang diberikan oleh bapak itu, ntah kenapa hati ku seakan
terasa pilu melihat kondisi bapak tua itu. Lalu aku pun mengecek rekening tersebut.
Setelah selesai aku menyapanya “pak, jumlah
tagihan listrik yang harus bapak bayar sebesar Delapan Puluh Tiga Ribu Rupiah. maaf pak, tagihan listrik ini apa
bapak mau lunasi langsung atau bapak hanya mau mengeceknya aja dulu?” bapak tua itu seakan tak
mendengarkan apa yang baru saja aku katakan padanya, pandangannya seakan
menerawang jauh ntah kemana.
Akhirnya aku mengulang kembali perkataan
yang tadi aku katakan padanya. Aku perhatikan bapak tua itu seakan bimbang, mau
jawab apa, karena aku melihat wajahnya seakan tak percaya dengan jumlah pembayaran tersebut. ternyata
jumlahnya cukup besar bagi bapak tua itu. “maaf nak, jumlahnya besar sekali,
padahal pemakaian listrik di rumah saya hanya sedikit. sepetinya saya belum
bisa membayar sekarang karena uang saya belum cukup tuk melunasinya”. Dengan
berat hati saya mengembalikan struk pembayaran listrik milik bapak tersebut, “ ini
pak rekeningnya, tidak apa-apa sekarang bapak belum bisa membayarnya,
insyaAllah besok atau lusa bapak mendapatkan rezeki untuk melunasi kewajiban
bapak ini”. Dengan tangannya yang sudah
mulai keriput ia mengambil struk pembayaran listrik itu dari tangan ku dan
dengan wajah tertunduk lesu ia berkata “ ya nak, insyaAllah saya akan berusaha
tuk membayarnya, sekarang saya mau mencari uang untuk tambahannya”. Dengan
wajah kecewa bapak tua itu melangkahkan kakinya dan pergi keluar menghampiri
becaknya.
Saat aku melihat kondisi bapak tua itu,
aku pun teringat pada sosok ayah ku tercinta, dalam hati aku berkata “ya Allah beginikah kondisi ayah ku dulu,
saat ia mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kami dirumah, subhanallah
begitu besar jasa mu ayah….ayah maafkan anak mu ini yg terkadang memaksakan
kehendak dan terkadang tak pernah mengertikan kondisi mu… ayah q janji q akan
berusaha untuk menjadi yg lebih baik lagi demi mu ayah…karena aku yakin
walaupun ayah sudah berada di alam yang berbeda dengan ku, ayah pasti akan
merasakan apa yg aku lakukan di Dunia yang fana ini…sungguh aku kangen ayah…”
Ayah... your is the
best !!! :)
Astaqfirullahalazim, apa yg aku lakukan
, aku melamunkan ayah tanpa terasa air mata ku pun mengalir begitu saja
bagaikan hujan gerimis yang datang tanpa di undang. Duuh aku koq jadi cewek
cengeng bnget si, syukur deh gx ada orang yang liat, kan malu jika ada yg liat,
apa lagi kalau bapak tua itu yg liat, ntar aku diledekin di bilang nangis tanpa
sebab lagi…oowhh TIDAK, mau taruh dimana muka ku..(ngumpet aja kali ya
hehehee…)
Sambil menyeka airmata yang sudah
membasahi pipi ku, pandanganku tak lepas dari tubuh kurus bapak tua itu. Mata
ku membiarkan ia pergi berlalu dan lidah ku seakan beku tak dapat berkata sepata
kata pun. aku hanya dapat menatap kepergiannya, seperti penggemar yang
membiarkan orang yang digemarinya pergi berlalu meninggalkanya setelah
memberikan tanda tangan. (emang siapa si yang digemari….hehe. jangan Tanya ya,
yang pasti ada dh….ciee…)
Next)))))
Aku berusaha mengingat dimanakah aku
pernah melihat sosok bapak tua itu. Dalam hati aku berteriak Oohh iya, aku
ingat aku pernah melihatnya di jalan raya, waktu itu aku kebetulan harus
berangkat pagi-pagi sekali, karena harus menyelesaikan beberapa tugas yang
belum sempat aku kerjakan. (sebenarnya bukan belum sempat si tapi aku lupa
ngerjainnya….sok sibuk banget si aku, tugas aja sampai lupa…hehe). Sedangkan
tugas tersebut harus aku kumpulkan pagi itu juga sekitar pukul 09.00 WIB,
tugasnya sudah harus terkumpul semua.
Dalam perjalanan, aku berpikir memutar
otak ku, tentang bagaimana cara aku menyelesaikan tugas itu, aku bicara pada
diriku sendiri, aku seakan membuat sebuah sketsa program dalam otakku yang
harus aku selesaikan nanti setelah tiba di kantor. Sedang asyik-asyiknya aku
berpikir tentang program rencana yang mesti aku selesaikan nanti. Saat itulah
padanganku terperanjat pada sosok bapak tua yang sedang mengayuh becaknya
dengan tertatih-tatih seakan didalam becaknya terdapat beban yang sangat berat,
padahal pagi itu becaknya masih terlihat kosong tak ada barang ataupun
penumpang yang menempati didalamnya. Seketika itu juga otak ku seakan
diperintahkan untuk berhenti sejenak berpikir tentang masalah tugas-tugas yang
mesti aku selesaikan itu.
Seakan dipandu mata ku tak lepas
memandang sosok bapak tua itu, dan dalam hati, aku berkata SubhanAllah sungguh mulia pengorbanan bapak tua itu sebagai seorang
ayah, pagi-pagi buta ia sudah harus berangkat bekerja, tanpa berhenti berharap
agar hari ini ia mendapatka rezki yang lebih lumayan dari hari-hari sebelumnya.
Sedangkan aku, pagi ini kebetulan aja
berangkat pagi-pagi karena ada tugas yang mesti aku selesaikan, jika tidak
mungkin aku masih bersantai-santai menyantap sarapan pagi. Ya Robb, hamba mohon
ampun jika terkadang hamba kurang mensyukuri nikmat-Mu.
Next)))))))
Ternyata bapak tua itu sehari-harinya
bekerja menawarkan jasanya sebagai tukang becak. Dengan tubuh yang sudah cukup
tua itu, dan dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada. Bapak tua itu, tetap
berusaha mengayuh becaknya mencari orang-orang yang sudi menerima jasanya.
Bapak itu dengan susah payah mengayuh
becaknya berkeliling mencari orang yang mau menerima jasanya….sungguh besar
pengorbanannya, demi untuk mencari sesuap nasi untuk keluarganya yang telah
menanti dirinya pulang di rumah…
Dada ku sesak seakan sulit tuk bernafas,
mata ku seakan tak mampu melihatnya pergi berlalu dengan kekecewaan yang
mungkin sangat mendalam, karena ia tidak hanya memikirkan pembayaran listrik
itu tetapi aku yakin ia juga sedang memikirkan bagaimana caranya ia pulang
dengan sejumlah uang yang ia miliki itu. Jika uang itu ia simpan dulu sementara
untuk tambahan membayar listrik, tapi bagaimana dengan anak dan istrinya mau
makan apa mereka ? jika ia tidak membeli beras/ lauk pauk.
Saat itu aku merasa aku orang yang
sangat tak berguna, karena aku tak mampu
membantunya, aku tak bisa berbuat apa-apa untuk bapak tua itu.….tapi dalam hati
aku memohon, berdo’a kepada Sang Maha Pemurah (Allah). “ Ya Allah murahkan lah rezki bapak tua itu, Ya Robb, berilah ia
kemudahan-Mu, Ya Rahman berilah ia kesabaran yang kuat dalam menghadapi
kehidupan ini, hamba mohon Ya Robb, jgn Engkau berikan cobaan yg tak sanggup ia
hadapi. Hanya kepada Engkau kami memohon dan meminta pertolongan….” Amiinn.
Tulisan ini bukan rekayasa belaka, tapi
inilah faktanya, masih banyak sekali masyarakat kita yang membutuhkan bantuan
uluran tangan kita, wahai saudara seiman dan setanah air, coba kita renungkan
terkadang dirumah kita makanan berlebihan, belum lagi terkadang kita
membelanjakan uang kita untuk hal-hal yang belum begitu kita butuhkan, yang
belum begitu penting. yang terkadangpun tidak menutup kemungkinan sesuatu yang
kita beli mahal-mahal mala menjadi barang yang mubazir dan tak bermanfaat bagi
kita, karena tak bermanfaat kita pun menyepelehkannya.
Wahai saudara, Kita dapat berbuat spt
itu karena kita memiliki apa yang kita inginkan, tp apakah pernah kita
meluangkan sedikit waktu kita tuk memikirkan kesulitan orang yang tak berpunya,
bahkan semenitpun terkadang tak terpikirkan oleh kita. wahai saudara, jangan
salah harta yang kita miliki itu bukan seutuhnya milik kita dan disana juga
terdapat hak orang lain dan yang pastinya lagi semuanya milik Allah. Kapan pun
Ia(Allah) menginginkannya, maka Allah pun akan mengambil semuanya dari kita,
karena semuanya hanyalah titipan sementara dari-Nya.
Wahai saudara, apakah pernah kita
memikirkan orang-orang di luar sana yang
tidak memiliki apa-apa seperti bapak tua yang saya ceritakan tadi….. pertanyaan
itu jawabannya ada pada diri kita masing-masing….!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar