SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA

OLEH : Dyen Syafitri
MAHASISWI STAIN CURUP


KATA PENGANTAR
 
Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillahirrahmanirrahim
            Alhamdulillah, kita ucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah Sejarah Peradaban Islam Indonesia yang berjudul “Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia” tanpa halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.
            Tujuan utama penulis membuat makalah ini yaitu berharap Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua, yang tentunya memiliki nilai-nilai kebaikan yang tinggi.
            Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan-kekurangannya. Oleh karena itu, kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman serta pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan dan kebenaran makalah ini.
            Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kapada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Islam di Indonesia secara historis maupun sosiologis sangat komplek, terdapat banyak masalah, misalnya tentang perkembangan dan sejarah awal Islam. Oleh karena itu, para sarjana sering berbeda pendapat. Harus diakui bahwa penulisan sejarah Islam Indonesia diawali oleh golongan orientalis yang sering ada usaha untuk meminimalisasi peran Islam, disamping usaha para sarjana Muslim yang ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur.
Proses islamisasi Nusantara berawal dari kota-kota. Di perkotaan itu sendiri Islam adalah fenomena istana. Istana kerajaan menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi penguasa yang disusul kemunculan tokoh-tokoh ulama semacam Hamza Fansuri, Samsuddin, Nuruddin al-Raniri, Abd Rauf Singkel di kerajaan Aceh dan Wali Songo di kerajaan Demak.

B. Rumusan Masalah
                  Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut;
1.      Bagaimana teori masuknya Islam ke Indonesia  ?
2.      Bagaimana perkembangan Islam di Nusantara    ?

C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang teori masuknya Islam ke Indonesia.
2.      Untuk mengetahui tentang perkembangan Islam di Nusantara.


BAB II
PEMBAHASAN

Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
1.   Teori tentang Masuknya Islam ke Indonesia
Islam di Indonesia secara historis maupun sosiologis sangat komplek, terdapat banyak masalah, misalnya tentang perkembangan dan sejarah awal Islam. Oleh karena itu, para sarjana sering berbeda pendapat.
Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia dlakukan secara damai. Berbeda dengan penyebaran Islam ke Timur Tengah yang dalam beberapa kasus d sertai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam kegiatan dakwa pertama itu tidak bertendensi apa pun selain bertanggung jawab menunaikan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama mereka berlalu begitu saja. Tidak ada catatan sejarah atau pribadi yang dibuat.
Dengan melihat wilayah Indonesia yang luas dan perbedaan kondisi dan situasi. Maka, wajar jika ada perbedaan pendapat tentang kapan, dimana, dari mana pertama Islam dating ke Nusantara.[1]
Ada tiga pendapat tentang waktu masuknya Islam di Nusantara yaitu :[2]
  1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
    1. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh) sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
    2. Seminar mengenai Masuknya Islam ke indonesia di medan pada Ahad 21-24 Syawal 1382 H (17-20 maret 1963 H) yang salah satu kesimpulannya adalah Islam telah masuk ke Indonesia langsung dari Arab.
    3. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
    4. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
    5. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
    6. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
    7. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
    8. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
    9. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
  2. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
    1. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimun dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)
  3. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
    1. Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.
    2. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
    3. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
    4. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.
    5. Pendapat ini juga disampaikan oleh N.H. Krom dan Van Den Berg. Namun, pendapat ini memperoleh sanggahan dari : H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Sayeg Alwi bin Tahir Alhada, H.M Zainuddin, Hamka, Djuned Parinduri, T.W. Arnold yang berpendapat Islam masuk ke Indonesia telah dimulai sejak abad ke-7 M.
Namun secara garis besar perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu ;[3]
a.       Pendapat pertama dipelopori oleh sarjana orientalis Belanda, diantaranya Snouck Hurgronje yang berpendapat bahwa Islam dating ke Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat (bukan dari Arab langsung) dengan bukti ditemukannya makam Sultan yang beragama Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan Samudra Pasai yang berasal dari Gujarat.
b.      Pendapat kedua dikemukakan oleh sarjana Muslim, di antaranya Prof. Hamka, yang mengadakan “Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963.Hamka dan temannya berpendapat bahwa Islam dating ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (+ abad ke-7 sampai 8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai bersifat internasional.
c.       Sarjana Muslim Kontemporer seperti Taupik Abdullah mengkompromokan kedua pendapat tersebut. Menurut pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama hijriyah atau abad ke-7 atau 8 M, tetapi baru dianut oleh pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.
Berasamaan dengan para pedagang datang pula da’i-da’I dan musafir-musafir sufi. Melalui jalur pelayaran itu pula mereka dapat berhubungan dengan pedagang dari negeri-negeri di tiga bagian benua Asia itu. Hal itu memungkinkan terjadinya hubungan timbale balik, sehingga timbullah perkampungan masyarakat Muslim. Perkampungan itu tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi membentuk struktur pemerintahan dengan mengangkat Meurah Silu, kepala suku kampung Samudra menjadi Sultan Malik as-Sholeh.
Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam ke Indonesia adalah melalui saluran-saluran sebagai berikut;[4]
a.       Perdagangan yang mempergunakan sarana pelayaran.
b.      Dakwah, yang dilakukan oleh mubaliq yang berdatangan bersama para pedagang.
c.       Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, mubaliq dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti social, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat. Dengan perkawinan itu secara tidak langsung orang Muslim tersebut status sosialnya dipertinggi dengan sifat charisma kebangsawanan.
d.      Pendidikan, setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di Bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Pusat pendidikan dan dakwah Islam di kerajaan Samudra Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang didatangi pelajar-pelajar dan mengirim mubaliq lokal, diantaranya mengirim Maulana Malik Ibrahim ke Jawa.
e.       Tasawuf dan Tarekat, sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan pedagang, dating pula para ulama, da’I, dan sufi pengembara. Para sufi itu ada yang kemudian diangkat menjadi penasihat atau pejabat agama di kerajaan. Kerajaan-kerajaan di Jawa mempunyai nasihat yang bergelar wali, yang dikenal dengan Wali Songo.
Para sufi menyebarkan Islam dengan dua cara:
a.       Dengan membentuk kader mubaliq, agar mampu mengajarkan serta menyebarkan agama Islam di daerah asalnya.
b.      Melalui karya-karya tulis yang tersebar dan di baca di berbagai tempat. Di abad ke-17, Aceh adalah pusat perkembangan karya-karya keagamaan yang ditulis para ulama dan para sufi.
f.       Kesenian, saluran yang banyak sekali dilakukan untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni. Wali songo terutama Sunan Kali Jaga, mempergunakan banyak cabang seni untuk islamisasi, seni asitektur, gamelan, wayang, nyanyian, dan seni busana.
Melalui saluran-saluran itu Islam secara berangsur-angsur menyebar. Penyebaran islam di Indonesia secara kasar dapat dibagi menjadi tiga tahapan.
a.       Dimulai dengan kedatangan Islam, yang diikuti oleh  kemerosotan kemudian keruntuhan Majapahit pada abad ke-14 sampai ke-15.
b.      Sejak datang dan mapannya kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia sampai abad ke-19.
c.       Bermula pada awal abad ke-20 dengan terjadinya “liberalisasi” kebijaksanaan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Dalam tahapan-tahapan itu akan telihat proses islamisasi sampai mencapai tingkat seperti sekarang.
Pada tahap  pertama, penyebaran Islam masih relatif di kota pelabuhan. Pada tahap ini ulama-ulama guru tarekat (wali di Jawa) dengan murid-murid  mereka memegang peranan penting. Mereka memperoleh patronase dari penguasa local dan dalam banyak kasus penguasaan local juga ikut berperan dalam penyebaran Islam. Islamisasi tahap ini sangat diwarnai aspek tasawuf, meskipun aspek hokum (syariah) juga tidak diabaikan. Hal ini karena Islam tasawuf dengan segala penafsiran mistiknya terhadap Islam dalam beberapa segi tertentu “cocok” dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi  asketisme Hindu-Budha dan sinkretisme kepercayaan local.
Proses islamisasi Nusantara berawal dari kota-kota. Di perkotaan itu sendiri Islam adalah fenomena istana. Istana kerajaan menjadi pusat pengembangan intelektual Islam atas perlindungan resmi penguasa yang disusul kemunculan tokoh-tokoh ulama semacam Hamza Fansuri, Samsuddin, Nuruddin al-Raniri, Abd Rauf Singkel di kerajaan Aceh dan Wali Songo di kerajaan Demak.
Tahap kedua, penyebaran Islam terjadi ketika VOC makin mantap menjadi penguasa di Indonesia. Sebenarnya pada abad ke-17 VOC baru nerupakan salah satu kekuatan yang ikut bersaing dalam kompetisi dagang dan politik di kerajaan Islam Nusantara.akan tetapi pada abad ke-18 VOC berhasil tampil sebagai pemegang hegemoni politik di Jawa dengan terjadinya perjanjian Giyanti tahun 1755 yang memecah Mataram menjadi dua; Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian tersebut menjadikan raja-raja Jawa tidak mempunyai wibawa kerena kekuasaan politik telah jatuh ke tangan penjajah, sehingga raja menjadi sangat tergantung kepada VOC.
Tahap ketiga, terjadi pada awal abad ke-20, ketika terjadi liberalisasi kebijaksanaan pemerintah Belanda. Ketika pemerintah Belanda mengalami defisit yang tinggi akibat menanggulangi tiga perang besar (Perang Diponegoro, Perang Paderi, dan Perang Aceh) Belanda mengangkat Gubernur Jenderal Johanes Van Den Bosch dengan tugas meningkatkan produktivitas. Untuk itu ia memperkenalkan system tanam paksa yang mengharuskan petani membayar pajak dalam bentuk hasil pertanian yang dipaksakan.
Islam datang ke Indonesia membawa berbagai macam perubahan tidak hanya di bidang spiritual namun juga dibidang social dan politik. Lebih-lebih lagi dalam kebangkitan perlawanan nasionalisme dan patriotic melawan kolonialisme-imperialisme bangsa Eropa. Sudah menjadi konsensus umum dari berbagai para ilmuan sosial, baik di Barat maupun di Timur, bahwa bangkitnya Islam pada abad ke-8 M telah membangun dunia baru dengan dasar pemikiran, cita-cita, kebudayaan dan peradaban baru. Kebudayaan dan peradaban baru yang berdaya mengembangkan ilmu pengetahuan di segala bidang beragam cabang-cabangnya. Seperti halnya dengan tiap-tiap peradaban dunia, maka peradaban Islam yang berkembang selama tujuh abad (abad 7-14 M) akhirnya mengalami kemunduran.
Menurut Stoddard (1922) sebab kemunduran dunia Islam adalah superstition and mysticism (ketahayulan dan mistik) yang merusak Tauhid.[5]
2. Perkembangan Islam di Nusantara
Islam di Indonesia (Asia Tenggara) merupakan salah satu dari tujuh cabang peradaban Islam. Ketujuh cabang peradaban Islam itu secara lengkap adalah peradaban Islam Arab, Islam Persia, Islam Arab Melayu, dan Islam Cina. Kebudayaan peradaban yang disebut Arab Melayu tersebar di wilayah Asia Tenggara memilik ciri-ciri universal menyebabkan peradaban itu tetap mempertahankan bentuk integralitasnya, tetapi pada saat yang sama tetap mempunyai unsur-unsur yang khas kawasan itu.
Konversi missal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut;
a.       Portabilitas (siap pakai) system keimanan Islam, sebelum Islam datang, sistem kepercayaan lokal berpusat pada penyembahan arwah nenek moyang yang tidak portable (siap pakai di mana pun dan berlaku kapan pun). Oleh karena itu, para penganut kepercayaan ini tidak boleh jauh dari lingkungannya, sebab kalau jauh mereka tidak akan mendapat perlindungan dari arwah yang mereka puja. Sementara itu, mereka yang karena sesuatu alasan harus meninggalkan lingkungan arwah nenek moyang mencari system keimanan yang berlaku universal, system kepercayaan kepada Tuhan yang berada dimana-mana dan siap memberikan perlindungan dimana pun mereka berada. System kepercayaan ini mereka temukan dalam Islam.
b.      Asosiasi Islam dengan kekayaan, ketika penduduk pribumi Nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang Muslim pendatang di pelabuhan, mereka adalah pedagang kaya raya. Seperti telah dicatat seorang Spanyol yang mengamati Islamisasi awal Filifina; “Orang Moro (Muslim) itu memiliki banyak mas…” mereka orang kayak arena mereka para pedagang. Karena kekayaan dan kekuatan ekonominya, mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang politik entitas local dan bidangdiplomatik.
c.       Kejayaan Militer, orang Muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan. Majahpahit telah dikalahkan oleh pejuang Muslim yang tidak bisa ditundukkan secara magis.
d.      Memperkenalkan Tulisan, agama Islam memperkenalkan tulisan ke berbagai wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar belum mengenal tulisan, sedangkan sebagian yang lain sudah mengenal huruf Sanskrit.
e.       Mengajarkan penghapalan, para penyebar Islam menyandarkan otoritas sakral. Mereka membuat teks tulisan yang ditulis untuk menyampaikan kebenaran yang dapat dipahami dan dihapalkan.
f.       Kepandaian dalam penyembuhan. Di Jawa terdapat legenda yang mengaitkan penyebaran Islam dengan epidemi yang melanda penduduk. Tradisi tentang konversi kepada Islam berhubungan dengan kepercayaan bahwa tokoh-tokoh Islam pandai menyembuhkan.
g.      Pengajaran tentang moral. Islam menawarkan keselamatan dari berbagai kekuatan jahat. Misalnya, orang yang taat akan dilindungi Tuhan dari segala arwah dan kekuatan jahat, bahkan orang yang taat akan diberi imbalan surga di akhirat, sebaliknya orang yang sengsara akan mendapatkan balasan yang sama jika mereka saleh.
Melalui sebab-sebab itu Islam cepat mendapat pengikut yang banyak. Bahwa pedagang Muslim asal Arab, Persia, India di perkirakan telah sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (ke-1H), ketika Islam di Timur Tengah mulai berkembang ke luar dari jazirah Arab.
Menurut J.C Van Leur diperkirakan sejak 674 M telah ada koloni Arab di Barat Laut Sumatra yaitu di Barus. Namun, menurut Taufik Abdullah pada masa itu belum ada bukti bahwa ada di tempat-tempat yang disinggahi pedagang Muslim sudah ada pribumi Nusantara yang beragama Islam.
BAB III
PENUTUP


·         kesimpulan
Setelah islam datang ke Indonesia banyak perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih dihargai dan tidak tertindas lagi karena islam tidak mengenal system kasta, karena setiap manusia memiliki derajad yang sama
Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan mengusir para penjajah.


·         Saran
Kami yakin dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan ataumungkin komentarnya untuk menuju yang lebih baik lagi.



[1] Prof. Dr. Musyfah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Jakarta; PT Grapindo Persada, 2005, hal. 7
[2] http://filzahazny.wordpress.com/2008/03/09/teori-masuknya-islam-ke-indonesia/
[3] [3] Prof. Dr. Musyfah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Jakarta; PT Grapindo Persada, 2005, hal. 8

[4] Prof. Dr. Musyfah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Jakarta; PT Grapindo Persada, 2005, hal. 10
[5] http://groups.google.com/group/soc.culture.indonesia/browse-thread/thread/8ae11b